Keluarga

Minggu, 05 Februari 2012


Seorang kakek tua yang baru ditinggal mati isterinya tinggal bersama anak laki lakinya yang bernama Rudi dan menantu perempuannya Desi, serta cucu perempuannya yang baru berusia 7 tahun yang bernama cindy. Keadaan kakek tua itu sudah lanjut usia,tangannya tidak kuat lagi dan tangannya kirinya sudah lumpuh dan pandangannya semakin hari semakin buram.

Malam pertama pindah ke rumah anaknya, mereka makan malam bersama. Kakek tua itu merasa kurang nyaman menikmati hidangan di meja makan yang besar dan sedikit mewah Dia merasa amat canggung menggunakan sendok dan garpu. Selama ini dia gemar untuk duduk bersila,makan memakai tangan tapi tidak ada pilihan di rumah anaknya. Cukup sukar dirasakannya pada waktu itu, sehingga seringkali makanan tersebut terjatuh dan tumpah. Sebenarnya dia merasa malu seperti itu di depan anak menantu, Dan tatkala dia memegang gelas minuman, pegangannya terlepas. Praaaaaannnnngggggg!! Bertaburanlah serpihan gelas di lantai yang terbuat dari keramik mahal.

Kakek tua menjadi serba salah dan sangat malu. Dia bangun, mencoba memungut serpihan gelas itu, tapi Rudi melarangnya. Desi cemberut, mukanya masam. Cindy merasa kasihan melihat kakeknya, tapi dia hanya dapat melihat kakeknya dan tidak bisa berbuat banyak.

Ketika kakek tua sedang duduk santai di teras rumah, Desi berkata kepada kakek tua “Besok ayah tak boleh makan bersama kita,” pembicaraan itu didengar oleh cindy, mendengar mama nya yang tercinta berkata pada kakeknya,cindy merasa sedih sekali.

Desi berkata kepada suaminya untuk membelikan meja yang lebih rendah dan kecil untuk sang kakek tua, Rudi membelikan sebuah meja kecil yang rendah, lalu diletakkan di sudut ruang makan. Di situlah ayahnya menikmati hidangan sendirian, sedangkan anak menantunya makan di meja makan.cindy juga dilarang apabila dia merengek dan menangis ingin makan bersama kakeknya.

Sejak itu,kakek tua merasa tidak betah tinggal di situ. Setiap hari dia dimarahin,dibentak sama menantunya Desy karena menumpahkan makanan dan membuat banyak gelas pecah, Dia diperlakukan seperti budak. Pernah dia terpikir untuk lari dari situ, tetapi begitu dia teringat cucunya, dia pun menahan diri. Dia tidak mau melukai hati cucunya. Biarlah dia menahan diri dicaci dan dihina anak menantu.

Suatu hari,cindy kaget melihat kakeknya makan menggunakan piring dan tempat minuman yang terbuat dari kayu, cindy mencoba mengingat-ingat, di manakah dia pernah melihat piring seperti itu. “Oh! Ya…” bisiknya. Cindy teringat, semasa berkunjung ke rumah kerabatnya dia melihat tuan rumah itu memberi makan kucing-kucing dan anjing mereka menggunakan piring dan tempat minum yang sama!

Mama mama kok kakek makan dan minum pakai gelas dan piring dari kayu?? Mamanya menjawab” agar Tak akan ada lagi yang pecah, kalau tidak begitu, nanti habis piring dan mangkuk mama ,” kata Desi apabila anaknya bertanya.

kakek tua itu selalu menangis mengingat nasibnya diperlakukan demikian. Ketika itu dia teringat kampung halaman yang ditinggalkan. Dia terkenang mendiang isterinya. Lalu perlahan-lahan dia berbisik dalam hatinya: “istriku seandainya kamu masih hidup engkau akan melihat buruk sekali pelayanan anak kita terhadap diriku.”

Waktu terus berlalu. Walaupun makanan berserakan setiap kali waktu makan, tiada lagi piring atau gelas yang pecah. Apabila cindy memandang kakeknya yang sedang menyuap makanan, kedua-duanya hanya berbalas senyum.

Seminggu kemudian, sewaktu pulang bekerja, Rudi dan Desi terperanjat melihat anak mereka sedang bermain dengan kepingan-kepingan kayu. Cindy seperti sedang membuat sesuatu. Ada palu, gergaji dan pisau di sisinya. “Sedang membuat apa sayang? Berbahaya main benda-benda seperti ini,” kata Rudi menegur manja anaknya.

“Mau bikin piring, mangkuk dan gelas dari kayu untuk papa dan mama. Bila cindy besar nanti, supaya tak susah mencarinya, tak usah ke pasar beli piring seperti untuk Kakek,” kata cindy.

Begitu mendengar jawaban anaknya, Rudi terkejut. Perasaan Desi seperti tertikam belati Kelopak mata kedua-duanya basah. Jawaban cindy menusuk seluruh jantung, terasa seperti diiris pisau yang sangat tajam. Mereka tersentak, selama ini mereka telah berbuat salah !

Malam itu Rudi menuntun tangan ayahnya ke meja makan mereka makan di meja makan. Desi menyendokkan nasi dan menuangkan minuman ke dalam gelas. Nasi yang tumpah tidak dihiraukan lagi. Cindy beberapa kali memandang mamanya, kemudian ayah dan terakhir wajah kakeknya. Dia tidak bertanya, cuma tersenyum saja, bahagia dapat duduk bersebelahan lagi dengan kakeknya di meja makan. Kakek tua itu juga tidak tahu kenapa anak menantunya tiba-tiba berubah.

“Besok cindy mau buang piring kayu dan gelas bambu itu” kata cindy pada ayahnya setelah selesai makan. Riko hanya mengangguk, tetapi dadanya masih terasa sesak.

Moral of the story -

Hargailah kasih sayang kedua orang tua kita. Bapak Ibu kita hanya satu, setelah meninggal tidak akan ada pengganti. Jadi, berbaktilah kepada mereka selagi hidup !


http://budiyantoparma.visibli.com/share/SKXGdv

0 comments:

Posting Komentar