Seorang Ibu yang Gemar Makan Ayam Hidup

Selasa, 11 Oktober 2011


Miskaulah, 38 tahun, warga Dusun Jangan Asem, Desa Trompoasri, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo, punya kebiasaan aneh. Dia terbiasa memakan ayam hidup.

Saban hari, ia menyantap dua ekor ayam hidup. “Dulu, setiap hari bisa menghabiskan lima ekor ayam,” kata Miskaulah, Rabu, 15 Juni 2011.

Kebiasaan memakan ayam hidup itu dilakoninya sejak usia 10 tahun. “Rasanya (makan ayam hidup) manis-manis hangat,” kata penyiar radio komunitas di Tanggulangin Sidoarjo itu.

Kegemaran makan binatang hidup muncul lantaran masalah keterbatasan ekonomi. Awalnya, ketika itu, dia membantu ayahnya bekerja membuat batu bata. Karena tak ada makanan, ia terpaksa langsung menyantap yuyu atau kepiting kali hidup-hidup.
Ia pun ketagihan dan tak bisa melepas kebiasaannya memakan binatang hidup. Bahkan, ia tak suka makan nasi dan makanan lainnya. Beruntung, dua anaknya tak jijik dan tidak mengikuti kebiasaannya.

Your browser does not support iframes.



Kebiasaan memakan binatang hidup itu pernah membuat dirinya celaka. Saat itu, ia mengkonsumsi ular hidup. Tak berapa lama, wajahnya bengkak lantaran keracunan bisa ular. Sejak itu, ia kapok dan tak tertarik memakan binatang berbisa. Kini, ia lebih memilih menyantap ayam hidup ketimbang binatang lainnya. “Lebih enak daging ayam,” ujar Mama Pretty, sapaan akrabnya di radio komunitas.

Untuk menghentikan kebiasaan makan binatang hidup, Miskaulah menjalani terapi di Rumah Sakit Daerah Sidoarjo.

Dokter Spesialis Saraf, Syamsul Rahmadi, menjelaskan jika kebiasaan Miskaulah bukan gangguan. Pola makannya terjadi sejak masih kecil. Menurut dia, memakan binatang hidup dan meminum darah itu tak steril. “Darah mengandung bakteri dan berbahaya,” ujarnya.

Miskaulah juga menjalani terapi kejiwaan untuk mengakhiri kebiasaannya tersebut. Selama menjalani terapi, ia dilarang menyantap binatang hidup, sedangkan pola makannya diubah seperti semula. Miskaulah berharap bisa menghentikan kebiasaannya memakan binatang hidup.



0 comments:

Posting Komentar