Primitif
Setelah mereka mengenal api dan cara menggunakannya, manusia purba bisa
dibilang terpisah peradabannya dari binatang. Dengan api meraka
terlindung dari hawa dingin dan membuat makanan lebih lezat. Catatan
mengenai cara hidup mereka masih dapat kita jumpai di dinding-dinding
gua gua. Dari lukisan dinding inilah kita dapat mengetahui cara nenek
moyang kita mengobati sesamanya. Mungkin secara tidak sengaja mereka
telah menemukan akar, kulit kayu, daun dan buah-buahan yang mempunyai
khasiat tertentu.
Cina
Salah satu catatan pengobatan tertua terdapat di Cina. Catatan tersebut
ditulis oleh kaisar Shen Nung yang hidup pada 2735 SM. Ia mengumpulkan
buku-buku tentang tanaman dan menulis seluruh data obat-obatan yang
diketahui saat itu. Dia juga mampu memberikan resep dari berbagai
tanaman di Cina saat itu. contohnya : daun Ch'ang Shan mampu
menyembuhkan demam yang diakibatkan oleh parasit dari nyamuk malaria.
Obat tersebut berupa bubuk yang berasal dari akar tanaman lumut
saxifragaceae (sekarang dinamakan dichroa febrifuga). 4700 kemudian
barulah ilmuwan Cina berhasil menemukan senyawa yang berasal dari lumut
tersebut yang terbukti dapat mengontrol pertumbuhan parasit nyamuk dalam
tubuh.
Daun tanaman lumut ini biasa disebut Shun Chi juga juga diteliti oleh
ilmuwan Amerika pada perang dunia II untuk melindungi tentaranya dari
serangan malaria saat bertugas di daerah tropis. Meski berhasil
menemukan obat malaria, namun rasa mual yang ditimbulkan parasit
tersebut tidak bisa ditanggulangi. Kaisar Shen Nung juga menemukan
khasiat tanaman lain yaitu tanaman Ma Huang (sekarang disebut Ephedera
sinica). Kandungan utama Ephedera ini adalah alkaloid. Ephedera ini
berkhasiat untuk merangsang tekanan darah dan pernafasan. Khasiat
Ephedera ini baru ditemukan kembali oleh Nagai, seorang ilmuwan Jepang
pada tahun 1887 (sekitar 4600 tahun kemudian). Pada buku Pen Tsao
(Tanaman Obat) yang ditulis 5000 tahun yang lalu juga direkomendasikan
minyak jarak untuk cuci darah dan biji opium untuk tidur.Tradisi
pengobatan Cina selama 5000 tahun tetap berkembang hingga sekarang.
Sebagian filosof kuno Cina berpendapat bahwa sakit disebabkan oleh iblis
yang selalu bertentangan dengan kebaikan. Mereka berpendapat bahwa alam
adalah kebaikan dan dapat menyembuhkan. Sedangkan ilmuwan kuno Cina
berpendapat bahwa alam tidak selalu bersifat baik. Ada sifat alam yang
merugikan, semisal gempa bumi, banjir, dll. Banyak juga tanaman yang
mengandung racun yang mematikan.
Penggunaan tanaman sebagai racun telah tersebar luas. Kita dapat melihat
sejarah pembunuhan, bunuh diri, dan kematian karena meminum tanaman
jenis racun, seperti juga peperangan yang menggunakan panah yang telah
diolesi racun. Beberapa ahli farmasi Cina berpendapat bahwa racun
sintetis jauh lebih berbahaya daripada racun alami. Tapi pendapat ini
tidak terbukti kebenarannya. Beberapa senyawa sintesis memang sangat
beracun, beberapa tidak. Hal itu juga berlaku bag ibahan alami. Pada
ratusan kasus, manipulasi secara kimia dari bahan alami telah mengurangi
kadar kekuatan racun dari antibiotik, hormon, bisa ular dan zat aktif
biologi lainnya. Seringkali bahan semisintesis dan semacamnya ternyata
lebih aman digunakan dalam pengobatan ketimbang bahan alami.
Hindu
Peradaban Hindu kuno telah mencatat penggunaan buah chaulmoogra yang
minyaknya dioleskan untuk mengobati penyakit lepra. Kita tahu bahwa
pengolesan minyak buah chaulmoogra ini tidak efektif melawan bakteri
lepra. Penggunaan buah ini telah digantikan oleh obat sintesis dan
metode pengobatan lainnya.
Mediterania
Bangsa Mediterania menggunakan bubuk kepala bunga Artemesia maritima
yang dikeringkan untuk mengobati cacingan. Tanaman ini berasal dari
Rusia tengah. Bahan aktif di dalamnya adalah santonin, Sampai saat ini
para ilmuwan tidak dapat memisahkan antara dosis yang efektif dan dosis
racun. Namun santonin tetap digunakan sampai saat ini untuk mengobati
infeksi cacing gelang pada hewan ternak.
Tanaman lain yang berkhasiat untuk cacingan adalah goosefoot
(Chenopodium anthelminticum). Dari bunganya keluar uap yang mudah
menguap yang mengandung bahan aktifascridole. Bangsa Romawi memberi nama
tanaman tersebut Chenopodium, bangsa Yahudi menyebutnya Oak Yerusalem,
dan yang lain menyebutnya Teh Meksiko.
Zat sejenis yang berkhasiat untuk mengeluarkan cacing pita didapat dari
minyak pohon paku jantan. Minyak yang kental dan berwarna hijau ini juga
mengandung bahan aktif ascaridole. Pada manusia, dosis yang tepat
adalah dosis yang hampir sama dengan dosis yang berbahaya. Karena itu
pengobatan tersebut kini dilarang penggunaannya.
Indian
Suku Indian di Amerika Tengah dan Selatan terkenal sangat maju dalam
teknologi farmasi. Suku Aztek sering kali menulis ilmu pengobatan mereka
di batu-batuan. Namun pengetahuan kita tentang metode pengobatan mereka
kita dapat dari tulisan kuno oleh pendeta Spanyol saat bangsa Spanyol
yang dipimpin oleh Hernan Cortes (1484-1547) mencoba menguasai benua
Amerika.
Suku Indian menggunakan banyak zat yang terkandung dalam tembakau dan
tanaman yang mengandung zat yang memabukkan. Namun yang paling fantastik
adalah penggunaan sejenis jamur yang dikeramatkan untuk upacara ritual.
Jamur yang memabukkan ini digunakan pada upacara ritual untuk
mempengaruhi pikiran mereka supaya lebih khidmat dalam melakukan
upacara.
Kini, banyak jenis jamur, bunga, dan tanaman perdu yang telah diekstrak
secara kimia dan telah berhasil diidentifikasi bahan aktif di dalamnya.
Contohnya adalah peyote (sejenis kaktus kecil) yang sekarang dinamakan
Lophopora williamsii yang mengandung alkaloid terutama meskalin yang
menyebabkan halusinasi.
Suku Indian menyebut Jamur yang dikeramatkan itu teonacatl yang berarti
"daging Tuhan". Beberapa jamur ini berasal dari spesies Psilocybe dan
dapat menyebabkan halusinasi.
Pendeta Spanyol yang saat itu datang bersama penjajah Spanyol sangat
membenci tanaman jamur tersebut setelah mereka melihat penggunaan jamur
tersebut pada upacara pengorbanan oleh Suku Aztek. Dahulu Suku Aztek
secara rutin mengadakan upacara pengorbanan manusia untuk diambil
jantungnya setelah sebelumnya disiksa terlebih dahulu. Mereka melakukan
penyiksaan dalam upacara tersebut sebenarnya berada dalam keadaan mabuk
(terhalusinasi) karena jamur tersebut.
Yunani
Pada tahun 400 sebelum masehi Hipocrates, bapak farmasi, tertarik
menggunakan garam anorganik sebagai obat. Hasil karya Hipokrates
digunakan selama berabad-abad dan para ahli kimia terus menerus
melakukan penelitian untuk membuat obat dari bahan anorganik. Sampai
saat ini pun kita juga masih banyak menggunakan bahan anorganik sebagai
obat. Misalnya magnesium sulfat (biasa disebut garam Epsom karena banyak
ditemukan di kota Epsom Inggris), garam alumunium astringent, sodium,
natrium klorida dan garam-garam kalsium untuk mencegah berbagai
defisiensi (kekurangan zat). Barium sulfat digunakan supaya hasil
radiasi sinar X terlihat kontras. Yodium digunakan untuk mencegah
kekurangan hormon tiroid dan flour untuk kekuatan gigi.
Senyawa emas dalam kedokteran masa lalu digunakan untuk penyakit sendi.
Perak nitrat digunakan untuk mencegah kebutaan pada penderita kencing
nanah sebelum penisilin ditemukan.
Sebuah sumbangan besar bagi dunia farmasi juga diberikan oleh seorang
ahli botani dari Perganum, Yunani bernama Claudius Galenius (biasa
disebut Galen) yang hidup pada tahun 200 M. Kebanyakan obat yang dibuat
Galen terbuat dari bahan tanaman. Bahkan Galen berpendapat bahwa zat
dalam tanaman saja sudah mampu mencukupi seluruh kebutuhan manusia untuk
hidup sehat. Sedangkan kita sekarang mengetahui bahwa seorang yang
melakukan diet ketat dengan tidak memakan daging, keju, telur dan susu
tidak dapat mencukupi kebutuhan semua jenis kebutuhan protein dan asam
amino dalam tubuh. Namun begitu Galen adalah pelopor penggunaan berbagai
macam tanaman untuk pengobatan. Diantara bahan obat favoritnya adalah
hyoscyamus (yang mengandung atropine), opium (sumber morfin) dan squill
(perangsang denyut jantung).
Obat Sintesis
Sesuatu yang diketahui sebagai obat tanaman, mineral dan jaringan
disebut materia medica. Istilah materia medica ini masih kita gunakan
untuk informasi obat-obatan (semacam kode dan label obat) sampai saat
ini. Bahasa latin banyak digunakan disini karena bahasa latin adalah
bahasa resmi para biarawan masa lalu dan supaya orang awam tetap tidak
tahu banyak tentang informasi detail obat-obatan sehingga hal yang tidak
diinginkan seperti penyalahgunaan dan kesalahan peracikan oleh orang
awam tidak terjadi.
Ketika selebaran sudah tidak muat lagi menampung informasi pengobatan,
maka dibuatlah jurnal dan buku tentang pengobatan. Beberapa buku
pengobatan pertama kali muncul diterbitkan di Florence tahun 1498, enam
tahun setelah Columbus tiba di Dominica. Diikuti oleh Nuremberg (1535),
Basel (1561), Augsburg (1564) dan London (1618). Standart kemurnian dan
cara peracikan obat selalu disertai dengan deskripsi bahan dan mineral
yang terkandung di dalamnya. Akhir abad pertengahan kebetulan adalah
awal kebangkitan ilmu kimia. Kimia primitif biasanya selalu berhubungan
dengan bahan anorganik. Namun ketertarikan baru akan kimia anorganik
telah membuat bahan botani sebagai bahan skunder pembuatan obat-obatan
karena telah digantikan oleh zat kimia anorganik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar