Ponsel dengan charger solar terintegrasi |
SAN FRANSISCO - Banyaknya gadget dan perangkat elektronik portable yang
bermunculan saat ini ternyata tidak sebanding dengan asupan daya yang
ada sekarang.
Dua dekade terakhir, dunia dibanjiri dengan perangkat portable, baik ponsel, laptop. GPS, e-readers, maupun game konsol. Kebanyakan perangkat ini dipastikan membutuhkan dukungan baterai yang dapat diisi ulang dan memerlukan pengisian sesering mungkin. Tidak heran jika kemudian ide untuk membuat baterai yang dapat mengaliri listrik dari energi terbarukan mulai dicetuskan.
Pasar charger 'hijau' ini diperkirakan akan menjadi sangat laku di daerah Eropa, terutama wilayah dengan penggunaan energi terbarukan yang dimaksimalkan, baik energi matahari maupun angin.
Dilansir melalui Cellular News, Sabtu (85/2010), Frost & Sullivan memperkirakan pasar charger 'hijau' akan tumbuh sebesar 15 persen pada kurun 2008 hingga 2014. Tingkat pertumbuhan ini diperkirakan akan melambat pada tahun 2010 karena adanya resesi, dan harga charger akan menjadi tinggi dibandingkan dengan pengisi daya konvensional. Selain itu, tingkat kesadaran masih rendah dan hanya beberapa pelanggan yang memilih menggunakan produk tersebut. Beberapa pengisi seperti angin dan piezoelektrik masih dalam tahap pengembangan. Pertumbuhan diperkirakan akan meningkat menjelang akhir periode seiring dengan meningkatnya mobilitas, kesadaran dan isu-isu lingkungan.
Yang paling banyak diteliti dan dikembangkan adalah teknologi pengisi daya baterai dari solar. Perangkat ini memiliki fleksibilitas tinggi dan efisiensi tertinggi dibandingkan dengan pengisi daya hijau lainnya. Pengisi daya baterai yang bergantung pada matahari saat ini menempati pangsa cukup besar, (lebih dari 90 persen) di Eropa.
Selain Eropa, produsen charger dari Taiwan dan China pun banyak yang bermain. Tidak hanya bermain di wilayah sendiri, tapi juga di negara-negara barat.
"Masa depan energi berada pada energi terbarukan, dan ini harus dikembangkan," demikian laporan dari Frost & Sullivan Senior Research Analyst Ravindran vikas.
Menurutnya, dengan masuknya elektronik pribadi dan aplikasi portabel, seiring dengan penekanan penggunaan teknologi ramah lingkungan, pengisi daya hijau cenderung menjadi batu loncatan menuju visi masa depan.
Namun, tantangan utama yang dihadapi oleh industri pengisi daya terbarukan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi efisiensi charger konvensional. Pengisi daya terbarukan cukup efisien dengan output daya rendah dapat digunakan hanya untuk aplikasi portabel, sehingga membatasi produksi di pasar.
Perusahaan juga harus memastikan bahwa harga dan kompetensi yang sejajar dengan pengisi daya konvensional untuk menggalang substansi dalam pasar.
Dua dekade terakhir, dunia dibanjiri dengan perangkat portable, baik ponsel, laptop. GPS, e-readers, maupun game konsol. Kebanyakan perangkat ini dipastikan membutuhkan dukungan baterai yang dapat diisi ulang dan memerlukan pengisian sesering mungkin. Tidak heran jika kemudian ide untuk membuat baterai yang dapat mengaliri listrik dari energi terbarukan mulai dicetuskan.
Pasar charger 'hijau' ini diperkirakan akan menjadi sangat laku di daerah Eropa, terutama wilayah dengan penggunaan energi terbarukan yang dimaksimalkan, baik energi matahari maupun angin.
Dilansir melalui Cellular News, Sabtu (85/2010), Frost & Sullivan memperkirakan pasar charger 'hijau' akan tumbuh sebesar 15 persen pada kurun 2008 hingga 2014. Tingkat pertumbuhan ini diperkirakan akan melambat pada tahun 2010 karena adanya resesi, dan harga charger akan menjadi tinggi dibandingkan dengan pengisi daya konvensional. Selain itu, tingkat kesadaran masih rendah dan hanya beberapa pelanggan yang memilih menggunakan produk tersebut. Beberapa pengisi seperti angin dan piezoelektrik masih dalam tahap pengembangan. Pertumbuhan diperkirakan akan meningkat menjelang akhir periode seiring dengan meningkatnya mobilitas, kesadaran dan isu-isu lingkungan.
Yang paling banyak diteliti dan dikembangkan adalah teknologi pengisi daya baterai dari solar. Perangkat ini memiliki fleksibilitas tinggi dan efisiensi tertinggi dibandingkan dengan pengisi daya hijau lainnya. Pengisi daya baterai yang bergantung pada matahari saat ini menempati pangsa cukup besar, (lebih dari 90 persen) di Eropa.
Selain Eropa, produsen charger dari Taiwan dan China pun banyak yang bermain. Tidak hanya bermain di wilayah sendiri, tapi juga di negara-negara barat.
"Masa depan energi berada pada energi terbarukan, dan ini harus dikembangkan," demikian laporan dari Frost & Sullivan Senior Research Analyst Ravindran vikas.
Menurutnya, dengan masuknya elektronik pribadi dan aplikasi portabel, seiring dengan penekanan penggunaan teknologi ramah lingkungan, pengisi daya hijau cenderung menjadi batu loncatan menuju visi masa depan.
Namun, tantangan utama yang dihadapi oleh industri pengisi daya terbarukan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi efisiensi charger konvensional. Pengisi daya terbarukan cukup efisien dengan output daya rendah dapat digunakan hanya untuk aplikasi portabel, sehingga membatasi produksi di pasar.
Perusahaan juga harus memastikan bahwa harga dan kompetensi yang sejajar dengan pengisi daya konvensional untuk menggalang substansi dalam pasar.
sumber http://techno.okezone.com/read/2010/05/07/56/330561/charger-solar-untuk-gadget-bakal-marak
0 comments:
Posting Komentar